Kejadian : Desember 2005
Pak Zaenal ( bukan nama sebenarnya red. ) adalah ayah 4 orang anak dan hidup sederhana di suatu tempat di daerah Bogor Barat. Ia berusia sekitar 45 tahun. Berperawakan kurus dan berkulit hitam. Diusianya yang telah memasuki usia 40 tahunan, ia nampak jauh lebih tua dibandingkan usia sesungguhnya.
Dia tidak mempunyai pekerjaan tetap selain mereparasi mesin ketik model manual yang sudah ketinggalan jaman. Namun berkat kegigihannya dalam mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, pak Zaenal mampu memenuhi bahkan menabung sedikit dari hasil jerih payahnya, meskipun itu tidaklah banyak.
Rumahnya yang sekarang berdiri setengah kokoh adalah bukti kesungguhan serta tanggung jawabnya terhadap anak serta istri tercinta. Sungguh luar biasa perjuangannya meski ia hanya tamat sekolah smu.
Kadang pasang tapi kadang pula surut, demikianlah penghasilan pak Zaenal tukang servis mesin ketik manual yang kini amat jarang-jarang dijumpai dan kalah bersaing dengan komputer yang lebih praktis digunakan. Disaat-saat inilah dia mulai agak kelimpungan untuk menutupi kebutuhan rumah tangga serta biaya sekolah anak-anak. Terpaksalah pak Zaenal meminjam uang dari sanak saudara atau tetangga rumahnya. Demikian seterusnya, hingga seperti roda berputar, kadang dia di atas kadang dia dibawah. Roda-roda itu dirasa terlampau cepat berputar hingga pak Zaenal sulit mengikuti irama roda itu “bernyanyi”. Ibarat lirik lagu dan irama yang mengiringi tak berjalan seia sekata.
Saking bersemangatnya pak Zaenal mencari sesuap nasi dan sekantung harapan, sampai-sampai urusan shalat 5 waktu ia lupakan. Kata beberapa ulama shalih, salah satu mengapa hidup kita terlampau berat untuk dipikul dan berat pula untuk dijinjing adalah karena kita sering lalai menjalankan apa yang diperintah-Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama. Hidup ini tidak mungkin mendapat keberkahan, bilamana kita tidak bertaqwa kepada-Nya. Hidup ini seperti diombang-ambingkan ombak ganas di lautan. Mabuk serta pusing kita dibuatnya
Beberapa kerabat sudah seringkali menasehati pak Zaenal dengan pendekatan dari hati ke hati.
“Shalatlah pak zaenal dan ajaklah keluargamu untuk beribadah kepada Allah SWT , insya Allah hidup keluargamu akan tercukupi serta berkah adanya !” Demikan himbau sanak saudaranya.
Meskipun nasehat itu telah 5 kali dan datangnya dari orang yang berbeda-beda, pak Zaenal tetap bersikukuh untuk tetap seperti apa adanya. Baginya semua itu tidaklah masuk diakal. Segala sesuatu menurutnya harus masuk diakal serta dilogika. Keras serta kukuh pendirian ayah 4 orang anak in
Allah SWT kemudian memenuhi janji-Nya untuk menurunkan azab bagi siapa saja yang tidak bertaqwa kepada-Nya termasuk kepada keluarga pak Zaenal. Indah, gadis lugu anak tertua pak Zaenal yang kini mulai beranjak dewasa terserang penyakit paru-paru basah serta penyakit kulit yang terasa amat gatal. Dokter telah memvonis, bahwa Indah akan sembuh hanya bila diobati secara kontinyu selama kurang lebih 2 tahun lamanya. Betapa terkejut dia setelah mengetahui vonis dokter menyangkut diri anak perempuan pertamanya. Betapa tidak hidup pak Zaenal dari menservis mesin ketik kuno saja sudah amat pas-pasan, ini ditambah lagi dengan biaya yang mesti dikeluarkan pak Zaenal sekitar 300 ribuan perbulan untuk kelas obat generik, bisa dibayangkan sudah jatuh tertimpa tangga ditambah tertimpa bangku pula.
Hidup pak Zaenal semakin bertambah terjal. Dari hari kehari hidupnya hanya melamun serta menghabiskan berbungkus-bungkus rokok kretek, pusing serta penat memikirkan penyakit anaknya, Indah. Kian hari tubuhnya kiat susut saja. Terpaksalah pak Zaenal harus berhutang kesana kemari, hingga pada suatu hari tak ada satupun karib kerabat mau mengulurkan pinjaman uang kepada pak Zaenal, untuk mengobati sakitnya Indah tadi. Indah yang cantik, indah yang periang serta pintar disekolahnya, kini berubah menjadi pemurung serta pemalu.
Suatu ketika salah satu kerabat dari pak Zaenal meminta pertolongan kepada penulis untuk menyadarkan serta membantu pak Zaenal yang sedang kesusahan. Bagaimanapun juga meski pak Zaenal keras secara watak, namun ia polos, jujur serta bertanggung jawab.
“Insya Allah, kalo nanti saya bertemu dengan beliau akan saya coba berbicara dari hati kehati .” kata penulis kepada kerabatnya tadi.
Beberapa waktu kemudian tibalah saat yang dinanti-nantikan. Saya datang menghampiri pak Zaenal yang kini kurus serta pucat seperti tak bergairah hidup. Sementara itu kepulan asap rokok keretek jarum coklat terus menerus keluar dari dalam mulutnya yang kering. Matanya nampak menerawang menembus bayang-bayang yang tak pasti serta semu. Penulis tersenyum kepada pak Zaenal berusaha untuk mencairkan hatinya yang telah lama membeku di dasar lautan yang tak bertepi dan dingin.
“Bagaimana kabarnya Indah pak Zaenal. Saya dengar dia menderita paru-paru basah kronis dan kulit tubuhnya bersisik serta terasa amat gatal ya pak ?”
“Iya betul itu mas. Saya sudah pusing sekarang. Saya sudah pasrah, kalau saja Indah tidak punya umur panjang saya sudah pasrahkan.” Kata pak Zaenal dengan suara yang bergetar.
Kini matanya mulai berkaca-kaca menahan bendungan kecil yang sepertinya akan tumpah ruah disudut matanya yang keriput dan hitam, begitu membayangkan nasib anaknya yang belum kunjung sembuh karena digerogoti penyakit paru-paru basah kronis.
“Jangan cepat mudah putus asa pak zaenal. Sepengetahuan saya menurut nukilan satu hadits shahih bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tak ada satupun penyakit yang tak ada obatnya kecuali penyakit pikun dan maut (mati), dalam riwayat lainnya hanya disebutkan satu saja yaitu penyakit tua (1) ”, nah itu dia dalil haditsnya .”
“Ya betul mas, tapikan tetap harus ada 300 ribu perbulan untuk obatnya si Indah ini, darimana uang sebanyak itu harus saya cari ? Masnya kan tahu saya Cuma seorang tukang servis mesin ketik kuno bukan komputer ?.”
“Tidak harus seperti itu pak Zaenal dan insya Allah kemungkinan pak Zaenal tidak perlu menunggu hingga 2 tahun untuk kesembuhan Indah anak pak Zaenal itu, asal saja pak Zaenal haqul yakin dengan pertolongan Allah SWT.”
“Kok bisa begitu, mas ?” Tanya pak Zaenal dengan mimik muka serius
“Yang pertama pak Zaenal harus bertaqwa, dimana didalamnya pak Zaenal harus mendirikan shalat 5 waktu sebagai kewajiban mutlak kita sebagai orang Islam. Mintalah kepada Allah dengan cara lewat doa yang kita panjatkan setelah selesai shalat.
“Jangankan minta kesembuhan, minta supaya saya punya penghasilan tetap saja saja Allah tidak kabulkan, bagaimana saya bisa percaya dan mengapa saya mesti shalat ?. Hmm .. maaf ya mas saya mah sudah beberapa orang menasehati seperti ini. Tapi semuanya belum sreg ke dalam hati, semuanya nggak masuk di akal dan dilogika .” katanya berterus terang.
“Tidak semua hal harus diukur dengan logika pak Zaenal. Kalo kita shalat dengan benar tentu kita akan mendapat pahala, betul ya pak Zaenal ? .. lho tapi kan yang namanya pahala itu abstrak nggak tahu bagaimana bentuknya. Kalo kita nggak tahu bentuknya tapi kita yakin itu ada, berarti pahala itu bentuknya gaib ... tapi kita yakin itu ada. Nah, kalo demikian berarti kita tidak membutuhkan logika, namun kita perlu iman pak Zaenal. Kemudian contoh yang lain semisal azab kubur. Adanya azab kubur tidak bisa bisa kita lihat dengan mata telanjang, tapi kita percaya bahwa peristiwa azab kubur itu ada, namun dia bentuknya gaib. Tidak bisa dicerna oleh akal namun kita harus yakin peristiwa itu benar adanya. Itulah yang kita namakan beriman. Beriman kepada yang Maha Gaib (Allah SWT), beriman kepada Malaikat, beriman kepada para Rasul, kepada kitab-kitabnya. Beriman kepada Qada dan Qadar serta beriman kepada hari akhir, inilah sandaran orang muslim.” Kata penulis menjelaskan secara rinci.
Pak Zaenal hanya diam termangu seperti berusaha mencerna apa-apa yang penulis uraikan sebelumnya. Sesaat kemudian dia kembali menghisap rokok keretek jarum coklat dalam-dalam, lalu dibuangnya asap Surga itu keseantero udara disekitarnya. Wusssssh ..... asapnya terhambur kesana-kemari dipermainkan angin sore yang sedikit mendung kala itu. Demikian halnya dengan hati pak Zaenal, hatinya berkecamuk hebat melawan karat dosa-dosa karena jarang shalat 5 waktu serta banyak lupa berdzikrullah kepada-Nya.
Penulis melihat sepertinya uraian seperti ini masih terlalu berat bagi diri pak Zaenal. Itu terlihat tidak adanya apresiasi balik. Kemudian ...
“Pak Zaenal, hidup ... maut ... rezeki itu datangnya dari Allah SWT. Kita sebagai manusia yang ditugaskan sebagai khalifah di dunia ini wajib berusaha untuk bertahan serta mencari darimana rezeki itu Allah titipkan. Bila sekarang ini pak Zaenal akan melamar suatu pekerjaan di sebuah perusahaan, maka tentu bapak harus melengkapi surat-suratnya sebagai syarat permulaan kita akan diinterview.
Betul ya pak ..?”
“Benar mas ..”
“Jika demikian adanya, bila kita ingin diterima sebagai karyawan di perusahaan tersebut kita wajib mengikuti aturan-aturan main yang disyaratkan perusahaan dimana lowongan itu dibuka. Betul ya pak Zaenal ..?
“ya benar itu ..”
“Kira-kira bisa nggak pak, seandainya kita nggak pake surat lamaran atau tanpa melampirkan ijazah seperti yang di syaratkan perusahaan, kita bakalan langsung kerja dan kemudian mendapat uang ..?
“Tidak bisa mas ..”
“ Nah berartikan harus melewati tahapan melengkapi surat-surat tadi, baru kita wawancara dan kalo hasilnya baik, insya Allah kita akan diterima sebagai karyawan dan otomatis tiap bulannya kita akan mendapat fulus sebagai upahnya. Bukan begitu pak ...?”
“Hmm .. ya ..ya ..”
“Dan kalau demikian, bila kita menginginkan rezeki yang awalnya gaib serta kesembuhan Indah yang asalnya dari-Nya jua, maka kita harus mengikuti aturan main sebagaimana sinonim perusahaan yang telah saya bicarakan dimuka. Artinya kalo surat lamaran serta ijazah dllnya, itu akan sama dengan shalat 5 waktu. Tidak ada surat lamaran berarti tidak ada shalat 5 waktu. Itu berarti lagi bapak tidak akan diterima sebagai pegawai atau usahanya bapak akan sia-sia tanpa kita menunaikan shalat 5 waktu sebagai prasyaratnya.
Untuk kali ini pula pak Zaenal masih terpekur kebingungan. Entahlah kebingungan yang memang masih bingung atau bingung yang menuju arah yang lebih jelas, semuanya masih terasa samar-samar.
“Sudah nggak usah bingung pak Zaenal, sekarang agar Indah bisa cepat sembuh maka sebaiknya bapak shalat tahajud tengah malam. Cukup 2 rakaat serta tutup dengan shalat sunah witir 1 rakaat saja. Lalu setelah selesai shalat tahajudnya, baca surat Al Fatihah sebanyak 41 kali serta dilakukan selama 40 hari tanpa terputus kalo bisa. Di lain hal bapak sediakan juga segelar air dan beri garam dapur sedikit saja. Selesai membaca surat Al Fatihah hembuskan udara kedalam gelas yang berisi air tadi. Airnya biar diminum oleh Indah bersama obat dokter dan sedikit dari padanya diusapkan pada seluruh tubuh dimana gatal-gatal itu terasa. Insya Allah dengan berkahnya surat Al Fatihah ini Allah akan tunjukan jalan keluarnya !” perintah penulis kepada pak Zaenal yang kali ini lebih memperhatikan dengan kening yang sedikit berkerut.
“Kok bisa begitu ..?” kata pak Zaenal masih dengan nada ragu.
“Dalam shalat membaca surat Al Fatihah itu hukumnya wajib dan disitu memang ada surat Al Fatihahnya. Sekarang dibacakan kedalam air dalam gelas, bapak ingin membuktikan khasiat surat Al fatihah, insya Allah akan menyembuhkan sakitnya anak bapak. Seandainya Indah nanti sembuh, berarti Al Fatihah benar adanya. Dan ini berarti pula bahwa shalat 5 waktu juga benar adanya, karena di dalamnya ada bacaan surat Al Fatihah. Nah fair .. bukan ?
Pak Zaenal nampak manggut-manggut dengan uraian penulis. Namun demikian kali ini dia lebih menerima dengan penjelasan yang amat panjang lebat itu.
Alhamdulillah dengan hidayah-Nya semata, pak Zaenal melaksakan apa-apa yang disarankan penulis. Demikian halnya dengan penulis sangat berharap akan kemurahan-Nya, agar pak Zaenal kembali menjadi manusia yang taat serta bertaqwa kepada Allah SWT.
Satu Bulan berselang kami bertemu kembali dan kembali membahas masalah satu bulan yang lalu.
“Bagaimana kabarnya Indah pak Zaenal, sudah baikankah ..?”
“Kata dokter beberapa hari yang lalu, Indah anak saya sudah sembuh.” Katanya polos dan datar.
“ Hah .. maksudnya sudah sembuh total begitu pak. Tapi bukannya harus nunggu 2 tahun untuk bisa sembuhnya ..? Kata penulis ikut keheranan.
“Kata dokter setelah dilakukan Xray, flek-flek di paru-paru Indah sudah hilang tanpa bekas. Dokter juga keheranan akan hal ini. Begitu juga sisik-sisik dikulit dan terasa gatal hilang tanpa ada bekasnya.” Jawab pak Zaenal masih dengan lugunya.
“Subhanallah ... Alhamdulillah ....” Kata penulis penuh haru dan gembira mendengar kabar yang baik ini.
“Hmm ... bapak berapa hari menyelesaikan shalat tahajudnya, 40 harikah ... karena sekarang inikan belum mencapai 40 hari ?
“Cuma dapat 2 hari saja mas ...”
“Dua hari pak ....? Subhanallah .....begitu baiknya Allah pada bapak hingga bapak tak perlu menunggu hingga 40 hari lamanya.” Kata penulis tertegun penuh keheranan.
Pak Zaenal kini nampak tersenyum bahagia setelah mengetahui anaknya Indah lolos dari maut akibat digerogoti penyakit paru-paru basah serta penyakit kulit yang sempat meninggalkan luka gores akibat banyak digaruk oleh kuku-kuku jari Indah.
“Nah bagaimana sekarang pak Zaenal, bukankah Al Fatihah itu benar adanya ? dan berarti shalat 5 waktu itu bukanlah hal yang sia-sia ?
“Benar mas, saya sudah membuktikan kebenaran Al Fatihah, meskipun masih meninggalkan berjuta misteri di dalam hati, namun jauh dari itu anak saya Indah sudah sembuh dari sakitnya, itu sudah lebih dari cukup.”
“Benar pak Zaenal, Allah ternyata masih menyayangi bapak juga dengan Indah. Saya hanya bisa berkata selamat kepada pak Zaenal. Hanya berkat kemurahan-Nya Allah tunjukan kebesaran serta mukjizat dari surat Al Fatihah.”
Akhir cerita, kini pak Zaenal mulai rajin shalat 5 waktu serta ikut dalam pengajian setiap kesempatan itu ada. Subhanallah Walhamdulillah, akhirnya salah seorang dari hamba-Nya telah kembali ke jalan yang lurus. Jalan yang telah Allah beri nikmat kepada setiap hamba-hamba-Nya shaleh, bukan jalannya orang-orang yang sesat.
Semoga dengan adanya kisah nyata yang penulis tuliskan kedalam kertas putih ini bisa menjadi i’tibar bagi kita semua, bahwa asma-asma Allah itu benar adanya. Bahwa shalat 5 waktu itu benar adanya, dan bahwa Al Fatihah itu firman Allah bukan perkataan sia-sia ataupun puisinya Rasulullah saw, seperti orang-orang non muslim katakan.
Wallahu A’lam Bish Showab.
***********************************************
Note :
(1) “Pernah ketika saya sedang bersama Rasulullah saw, datanglah beberapa orang Arab Badui. Mereka bertanya : ‘Wahai Rasulullah, apakah kami harus berobat?’ Rasulullah saw bersabda : ‘Benar sekali, wahai para hamba Allah. Berobatlah kalian. Sesungguhnya Allah SWT tidak menimpakan suatu penyakit, melainkan Dia juga memberikan obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua.”
(HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud dalam kitab pengobatan. Imam Tirmidzi berpendapat bahwa hadist tersebut shahih.
Dalil-dalil surat Al Fatihah sebagai obat
“Faatihatul kitab (surat Al Fatihah) itu adalah obat dari segala penyakit.” (HR. Imam Al Baihaqy dari Abdul Malik bin Umair).
“Faatihatul kitab (surat Al Fatihah) itu adalah obat dari Racun.” (HR. Sa’id bin Manshur Al Baihaqy)
Dalam suatu perjalanan para sahabat berhenti disebuah perkampungan dimana ketua sukunya terkena sakit akibat gigitan binatang berbisa pada kakinya. Salah seorang budak wanita meminta pertolongan kepada salah satu sahabat dan disanggupi. Dengan membaca Umul Kitab (surat Al Fatihah) kemudian ditiupkan kepada kaki yang sakit tadi. Ternyata kemudian kepala suku tadi sembuh dan dapat berjalan tanpa terasa sakit lagi. Sebagai rasa terima kasih kepala suku menghadiahkan beberapa ekor kambing ( dalam riwayat lain 30 kambing ) kepada para sahabat tadi. Para sahabat akhirnya pulang dan menemui Rasulullah saw serta menanyakan ihwal ruqyah dengan menggunakan umul kitab tersebut. Rasulullah saw berkata “Bisa jadi surat Al Fatihah memang dapat digunakan untuk mengobati sakit seseorang. Kalau demikian berikan kepadaku beberapa ekor kambing !”
Demikian Rasulullah saw dengan tertawa-tawa. (HR. Imam Bukhori)
===================================================================================
True Story By
Heru Trisakti Hanuranto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar